Heboh Narkoba Jenis Baru Dikemas Dalam Cerutu Buat Penggunanya Tidak Bisa Bergerak Seperti Tertimpa Golira

04.56 Unknown 0 Comments


BacaBerita01 - Mendengar kata rokok saja sudah sangat mengkhawatirkan, bagaimana lagi jika narkoba di dalam rokok?

Mengapa disebut tembakau cap gorila?
Berdasarkan pemberitaan Warta Kota berjudul 'Tembakau Cap Gorila Bisa Sebabkan Tremor', zat tersebut bisa membuat pengguna berhalusinasi seperti ditimpa gorila.

Apa efek yang bisa ditimbulkan?
Efek dari penggunaan rokok jenis baru ini bisa membuat seseorang seperti ditiban seekor gorila besar.

Memang tembakau itu bukanlah jenis narkotika yang bisa menyebabkan pemakai menjadi kecanduan.

Apa‎lagi dalam produk tembakau itu tidak terlihat cukainya dalam meredarkannya di kalangan masyarakat.

Salah seorang nara sumber Warta Kota yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan sejak dua bulan belakangan ini ‎tembakau super cap Gorilla kerap dikonsumsi oleh para mahasiswa.

Efeknya tidak seperti ganja atau jamur yang bisa membuat tertawa seseorang.

Namun, ketika dua kali menghisap tembakau super cap Gorilla, seseorang seperti tidak bisa bergerak.

Hal ini dikarenakan tembakau itu disemprotkan sebuah cairan kimia sebelum dikonsumsi penggunanya.

"Rasanya emang kaya ketiban gorila besar. Kita ga bisa gerak dan bisa tertawa-tawa juga," kata pria yang memiliki inisial F (22) kepada Warta Kota di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, beberapa waktu silam.‎

Seperti dilansir dari pernyataan Humas Badan Narkotika Nasional (BNN), efek narkotik bernama Synthetic Cannabinoid (SC) itu pun terbilang dahsyat dan mengerikan.

Kebanyakan dari SC yang beredar dikonsumsi dengan cara dirokok, kemudian SC akan diabsorbsi oleh paru-paru dan kemudian disebarkan ke organ lain terutama otak.

Oleh karena itu salah satu efeknya yakni seseorang akan terlihat 'ndomblong', namun di dalam dirinya terbayang jadi 'sesuatu' misal superman dan lain sebagainya.

Pada intinya pengonsumsi akan mengikuti apa 'yang dirasakan'. Sedangkan efek samping penggunaan SC yaitu dimulai dari gangguan psikiatri.

Sebut saja, psikosis, agitasi, agresi, cemas, ide-ide bunuh diri, gejala-gejala putus zat, bahkan sindrom ketergantungan.

Di samping itu, ditemukan pula beberapa kasus seperti stroke iskemik akibat SC, hipertensi, takikardi, perubahan segmen ST, nyeri dada, gagal ginjal akut bahkan infark miokardium.

Selain itu, penggunaan tembakau yang kini langka dipasaran itu bisa menyebabkan seseorang mengalami gangguan syaraf yang biasa disebut tremor.

Penyakit tremor sendiri memiliki ciri-ciri, tangan gemetar, berkeringat dan kesemutan.

Biasanya, penyakit ini muncul ketika seseorang merasa ketakutan atau merasa tidak stabil ketika gembira atau gemitar saat kurang tidur.

Salah satu sumber Warta Kota, D (25), mengatakan bahwa sudah ada tiga rekannya mengalami penyakit Tremor setelah menghisap tembakau cap Gorila sejak satu bulan belakangan ini.

Selain itu, dampak yang ditimbulkan adalah bercak hitam yang berada di tangan pemakai tembakau itu.

"Seperti flak hitam di tangan. Tapi, ga gatel atau‎ kesakitan kalau digaruk," kata pria yang kuliah salah satu universitas di Jakarta Selatan itu, beberapa waktu silam.

Beredar info di kalangan mahasiswa, tembakau itu dicampur dengan zat kimia berbahaya yaitu Etanol.

‎Menurutnya, bahan kimia itu biasanya untuk bahan spiritus. Sehingga, sangat berbahaya sekali.

"Kasiat Gori (nama pemakaian tembakau Gorila-red) mirip ganja jenis good shit yang sempat populer beberapa waktu lalu," tuturnya.

Na‎mun, untuk efeknya sangat lah berbeda. Untuk ganja jenis good shit hanya berdampak kepada radiasi mata kala asap itu dihirup.

Hal ini terungkap setelah diperiksakan di dokter kesehatan.
"Kalau ganja good shit itu efeknya bisa bintitan. Temen gw udah cek ke dokter karena radiasi asep," tuturnya.

Berapa harganya?
Hingga saat ini Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan DKI Jakarta belum bisa menemukan peredaran tembakau super cap Gorila yang memiliki efek sangat luar biasa. 

Oleh sebab itu, tembakau yang kini marak digunakan oleh kalangan mahasiswa itu belum bisa dilakukan pengkajian.

Dewi Prawitasari, Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan DKI Jakarta‎ mengatakan bahwa pihaknya saat ini terus mencari keberadaan tembakau super cap Gorila itu.

Hal ini dilakukan dalam rangka untuk menguji kandungan zat kimia yang terkandung dalam tembakau itu.

Padahal, dipasarkan tembakau itu dijual dengan banderol sebesar Rp 300.000 per satu plastik sedang‎. Sementara untuk harga perlinting dijual dengan harga Rp 25.000.

"Kami belum mendapatkan tembakau itu. Memang saat ini kami sedang mencari keberadaan tembakau itu," kata Dewi saat dihubungi Warta Kota di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, beberapa waktu silam.

Dia mengaku belum mengetahui bentuk tembakau itu seperti apa. Alhasil, dia meminta kepada masyarakat jika mengetahui barang yang disalah gunakan itu segera melaporkannya.

Jadi, kandungan zat kimianya bisa diketahui oleh Balai Besar POM DKI Jakarta. "Kalau ada barangnya bisa langsung diberikan kepada kami," tuturnya.


0 komentar: